Bronkhitis tak selalu harus diobati dengan obat farmasi. Dengan tanaman pun, penyakit akibat peradangan ini bisa juga dibabat habis. Radang cabang tenggorokan atau bronkhitis terjadi jika cabang tenggorokan mengalami infeksi.
Bila bronkhitis meningkat sampai keadaan akut, biasanya timbul gejala demam tinggi, rasa sesak di dada, sehingga kadang-kadang napas mendesah disertai batuk. Pada mulanya batuk tadi kering (tak berdahak). Namun, setelah mengalami peradangan, batang tenggorokan akan ''dibanjiri'' lendir dan terbentuklah dahak. Lalu, iritasi pun terjadi pada selaput dinding dalam batang tenggorokan.
Bahaya terbesar dari penyakit bronkhitis adalah kemungkinan berkembangnya ke arah pneumonia atau radang paru-paru. Kita mesti mulai waspada ketika bronkhitis yang diderita termasuk kronik, atau lama sembuh. Ini merupakan keadaan serius, karena telah terjadi perubahan-perubahan permanen di dalam paru-paru, seperti terbentuknya jaringan pengikat, emfisim, serta komplikasi serius lainnya.
Dalam keadaan normal paru-paru kita itu elastis dan supel, sehingga dapat berkembang-kempis ketika kita bernapas. Pada bronkhitis kronik, tidak lagi. Terbentuknya jaringan ikat menganggu gerakan paru-paru yang normal, sehingga udara tidak dapat masuk dan keluar dengan leluasa seperti biasanya.
Keadaan akan lebih buruk lagi jika penderita juga menderita asma atau TBC, karena batuk-batuk keras akan menghasilkan titik-titik darah dan ludah berisi nanah. Inilah yang dapat mengakibatkan radang paru-paru. Bahaya lainnya, terbentuk kantong-kantong nanah di paru-paru dan terjadinya bekas-bekas luka di jaringan paru-paru.
Si Cantik yang Berkhasiat
Dalam pengobatan bronkhitis, yang pertama-tama dilakukan adalah mengatasi infeksi, bila infeksi masih berlangsung. Jika karena peradangan terbentuk dahak dalam batang tenggorokan, maka diperlukan pula pengobatan untuk meluruhkan dahak agar pernapasan lancar kembali.
Di sini diperlukan obat-obat peluruh dahak atau ekspektoran. Selain menggunakan obat-obat kimia (obat modern), kita dapat pula ''mengambil'' obat dari alam, antara lain dari bahan-bahan nabati. Setidaknya ada dua jenis tumbuhan yang dapat melawan infeksi jasad renik, baik bakteri maupun virus. Yang pertama Echinacea spp. berasal dari Amerika Serikat, dan saat ini telah dibudidayakan di Indonesia. Yang banyak digunakan adalah Echinacea angustifolia D.C. yang berbunga cantik dan Echinacea purpurea (L.) Munch., dari suku Asteraceae, yang dimanfaatkan akarnya.
Tumbuhan Echinacea spp. antara lain mengandung zat-zat aktif minyak atsiri, zat-zat alkamida, polialkena, polialkuna, zat-zat turunan asam kafeat, dan zat-zat polisakarida. Sedangkan minyak atsiri mengandung antara lain zat-zat pentadekadiena, pentadekena, ketoalkuna, dan ketoalkena.
Berdasarkan penelitian, akar Echinacea ini cukup ampuh untuk meningkatkan imunitas tubuh melalui tiga mekanisme. Pertama, mengaktifkan fagositosis dan menstimulasi fibroblas. Kedua, meningkatkan kegiatan pernapasan. Ketiga, menyebabkan peningkatan mobilitas lekosit.
Di samping itu, ia juga menghambat enzim hialuronidase, menstimulasi korteks adrenal dan produksi properdin, suatu protein serum yang menetralisasikan bakteri dan virus, juga menstimulasi produksi interferon.
Aktivitas farmakologi akar Echinacea ditunjukkan oleh adanya lima kelompok zat, yakni minyak atsiri, zat-zat alkilamida, turunan asam kafeat, polialkuna, polialkena, dan polisakarida.
Jika yang digunakan ekstrak etanoliknya (pelarut etanol), maka yang berkhasiat imunostimulan adalah alkilamida dan turunan asam kageat, yang menstimulasi fagositosis. Jika ekstrak akuatik (pelarut air) atau serbuk akar Echinacea yang digunakan, maka polisakarida heteroksilan yang berberat molekul tinggi mengaktifkan fagositosis, sedang arabinogalaktan, polisakarida sejenis lainnya, meningkatkan pelepasan faktor nekrosis tumor serta produksi interlukin dan interferon.
Karena menghambat enzim hialuronidase, echinacea dapat melokalisasi infeksi. Jasad renik penyebab infeksi pun tidak tersebar ke bagian tubuh lain. Jadi, dengan kemampuan echinacea ini infeksi dapat diatasi.
Meluruhkan Dahak
Bahan tumbuhan lain yang dapat digunakan adalah tumbuhan sambiloto (Andrographis paniculata Nees). Hebatnya, seluruh bagian tumbuhan ini yang di atas permukaan tanah atau herba bisa digunakan sebagai obat. Tumbuhan ini mengandung dua kelompok senyawa, yakni lakton dan flavonoid. Senyawa-senyawa flavonoidnya terutama hadir di dalam akar.
Herba sambiloto ini mempunyai sifat antiinfeksi, karena berdasarkan penelitian, rebusan herba sambiloto menghambat pertumbuhan bakteri-bakteri patogen seperti Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Proteus vulgaris, Shigella dysenteriae, dan Eschericia coli. Sediaan-sediaan herba sambiloto berkhasiat menanggulangi infeksi saluran pernapasan akibat ulah virus maupun bakteri. Kita tidak perlu ragu-ragu untuk minum obat alami ini. Walaupun rasanya pahit, herba sambiloto cukup aman untuk penggunaan dalam.
Jika infeksi sudah ditanggulangi, gejala lain perlu ditanggulangi pula. Keluarnya lendir atau dahak memerlukan ekspektoran (peluruh dahak). Jika sudah terkena batuk juga, maka diperlukan obat batuk yang dibuat dari tumbuhan obat. Kita beruntung, karena kadang-kadang khasiat ekspektoran dan antibatuk ini sudah tergabungkan dalam suatu tumbuhan obat. Tumbuhan tersebut adalah timi (Thymus vulgaris L.) dari suku Lamiaceae. Mengandung minyak atsiri, timol, dan karvakrol, herba timi memiliki khasiat sebagai obat batuk (antitusif), ekspektoran (peluruh dahak), dan antibakteri. (sut, berbagai sumber)
Home »
Bronkhitis
,
Echinacea angustifolia D.C
,
Echinacea spp
,
paru-paru
,
Tanaman Obat
» Herba Pengusir Bronkhitis : Echinacea spp, sambiloto